Sumbawa, berkuda mengejar bersama matahari…
Sumbawa, berkuda mengejar bersama matahari
Banyak yang sering mendengan tentang pulau Sumbawa, tapi apa banyak yang benar-benar mengenal Sumbawa dan tahu persis ada apa di dalam nya? Β Pulau yang termasuk dalam provinsi Nusa Tenggara Barat tersebut berdampingan dengan pulau Lombok, dan kemungkinan besar kita sendiri lebih familiar dengan nama pulau Lombok dibandingkan dengan pulau Sumbawa hehe.. nah, kali ini aku mau share dan bercerita tentang apa yang saya lihat dan saya alami selama perjalanan singkat saya di pulau Sumbawa yang oleh teman-teman saya dari Lombok diberi julukan pulau Seribu Matahari π
sunset di Padang Bai, Bali sebelum melanjutkan jalan ke timur
Sebelumnya, tidak terbersitkan rencana apapun untuk menyinggahi pulau Sumbawa. Dan pada akhirnya di awal tahun 2012 saya melakukan trip ke timur ala hitchikeΒ untuk mencapai pulau Flores, maka rute jalan yang harus ditempuh dari pulau Jawa adalah melewati Bali – Lombok – Sumbawa – dan akhirnya tiba di Flores π mau ngapain di Flores? Disamping Komodo, Kelimutu, dan lain sebagainya.. saya terobsesi dengan pulau Flores π tapi apa bisa dikata, saya dan travel partner saya terjebak di pulau Sumbawa karena ditutupnya pelabuhan Sape yang menghubungkan Sumbawa dan Flores. Ingat kan dulu marak nya berita kerusuhan Sape? nah.. daripada nekat menembus polemik lokal dan berujung dengan hal yang kurang mengenakkan, saya memutuskan untuk singgah di kota Sumbawa Besar saja…
Sumbawa oh Sumbawa… tanah yang kita kira hampir terlupakan, tetapi sebenarnya adalah pulau dengan lahan nan luas yang dinantikan oleh berbagai pihak.. Ya, sangat sangat dinantikan oleh para penggerak dan pengeruk sektor ekonomi negara..
Jika Anda membayangkan Indonesia Timur, di bayangan Anda pasti ladang savanna luas yang tandus dan kering, seperti di film “Tanah Air Beta”…Siapa kira tanah tandus tersebut menyimpan berjuta-juta emas merah di dalam nya? Bahkan para penduduk lokal pun dapat menggali emas di depan halaman rumah nya!! Coba bayangkan jika ada hal seperti itu di Jawa, pasti malam nya kita sudah cekcok dengan tetangga atau bahkan ditemukan mati hahaha… tapi di sana, tidak ada yang saling berebut.. Bahkan ternak pun dilepaskan dengan bebas nya di jalanan tanpa takut akan ada yang mengambilnya..Para penduduk saling mengormati hukum adat dimana bila ada yang melanggar, maka celurit dan perang antar desa pun tidak akan bisa dielakkan.. u-oh… Semacam mereka sangat cerdas untuk menjauhkan diri dari pertumpahan darah demi sebuah harta…
Kembali ke cerita perjalanan saya π
Saya yang sudah hitchike dengan truk-truk dan berbagai jenis mobil dari Jawa hingga Lombok, memutuskan untuk menyewa motor dari Lombok selama kurang lebih 5 hari untuk menjelajahi Sumbawa. Perjalanan 2 jam menyeberangi Labuhan Lombok untuk mencapai Porto Tano dan touchdownΒ Sumbawa!.. waktu itu tengah malam ketika kita sampai di Sumbawa, dan jalanan sungguh-sungguh amat sepi.. hampir tidak ada siapapun lewat di jalan.. Kita tidak segera menuju kota Sumbawa Besar, tetapi kita mengarah ke selatan untuk mencari pantai Maluk dikarenakan travelmate saya penggila surfing π
Semakin lama kita berjalan ke selatan (sungguh malam itu sangat sepi, seperti tiba di pulau hantu), kita freak out sendiri bagaimana kalau kita dirampok dan sebagai nya – masih dengan konsep kondisi jalan ala Jawa yang kurang aman – sampai akhirnya kita melewati suatu desa dan nampak ada rumah yang masih menyala hingga malam. Kita mencoba untuk berhenti dan meminta izin untuk menginap sampai ufuk terbit dan voila!.. sungguh tak disangka orang rumah tersebut mempersilakan kita masuk dan membagi ruang tamu mereka untuk kita beristirahat.. Awal yang fantastis!
Usai matahari muncul, kita berusaha bangun lebih awal sebelum si empunya rumah bangun. Sungguh di luar perkiraan lagi, mereka menyambut kita dengan teh hangat layaknya kita bagian dari keluarga mereka. Sebelum kita berpamitan untuk melanjutkan perjalanan, saya sempat bertanya tentang bunyi mesin yang saya dengar semalaman. Dan si Bapak menjelaskan bahwa dia sedang menggali emas, wow!!.. Kontan saya langsung ingin mencari tahu apa yang dia maksud dengan menggali emas, apakan benar-benar emas atau apa?? Ternyata memang benar dia sedang menggali emas dan mencucinya, sekalipun jenis emas ini merah dan bukan dari hasil saringan di sungai-sungai pada umumnya.. Impressive!
warga yang menampungkan rumahnya untuk kami
tambang emas pribadi π
Perjalanan dilanjutkan kembali untuk mencari pantai Maluk di pagi buta, dan kita menemukan sebuah teluk yang dinamakan pantai Benete. Di pantai ini, terdapat sejenis pembangkit listrik untuk beberapa wilayah di Sumbawa Barat. Dan pasti nya karena ini sebuah teluk yang menjorok masuk, so pasti pemandangan yang ditawarkan pun sangat menarik π
Teluk Benete
Dikarenakan ada teman kita yang menanti kedatangan kita di Sumbawa Besar, sangat terpaksa kita membatalkan meneruskan pencarian pantai Maluk..oh well,mungkin lain waktu kita akan berkesempatan kesana lagi π
pesisir Sumbawa
topografi bukit khas Sumbawa
Perjalanan dari daerah pantai Benete ke Sumbawa Besar berkisar antara 5-6 jam menggunakan motor melalui jalan raya yang sangat sangat panjang dan sepi. Sapi dan kambing yang menyeberang jalan pun menjadi lampu lalu lintas kita hahaha! Dan krena kita menyusuri jalur lintas utara, berbagai pemandangan garis pantai menemani perjalanan panjang kita yang rasa nya tiada akhir… saya tidak bisa membayangkan kalau saya meneruskan perjalanan ke Sape dengan motor, ampunnn!!!.. itu berarti kita harus menempuh 8 jam lagi di jalan setelah Sumbawa Besar.. u-oh!!..
pas kita datang, pas musim penghujan dan tidak terlalu tandus
Β Setibanya di kota Sumbawa Besar, layaknya kota kecil (yeah, kota nya tidak terlalu besar) dengan penduduk yang sangat ramah dan kebanyakan mengenal satu sama lain, kita bergegas bersua dengan teman kita yang telah menanti dan dia dengan sangat antusias membawa kita ke rumahnya untuk beristirahat dan membersihkan diri. Lebih-lebih, sang Ibu menyiapkan makan malam buat kita, wow!!.. Mereka menyiapkan makanan khas Sumbawa yaitu “Sepat” untuk kita.. seperti sop asam yang diberi terong bakar dan disajikan dengan ikan bakar. Kalau di Jawa mungkin mirip seperti Sayur Asam nya disini hehe.. ada rasa unik yang kuat yang saya tidak tahu, dan ternyata mereka menggunakan dedaunan di sop nya yang hanya bisa ditemukan di Sumbawa..
Usai menikmati makan malam kita, kita berpamitan pada sang Ibu untuk berputar mengelilingi kota Sumbawa Besar di malam hari. Kita mampir di alun-alun kota dan bertemu dengan teman-teman lainnya dan bersepeda motor melihat aktivitas warga setempat di malam hari. Jangan kita mereka terpencil loh ya, mereka juga punya bangunan apik seperti bangunan kesultanan di Yogya π
Sampai keesokan hari nya, kita masih terus mengitari kota dan mengeksplor sekitaran Sumbawa Besar. Pulau ini terkenal dengan joki nya, sering dengar kan para pengendara kuda yang berpacu di ladang? π dan teman saya ini mau membawa kita ke arena pacuan kuda, tapi sayangnya hari ini adalah Jumat dan arena pacu ditutup dengan pertimbangan menghormati teman-teman muslim yang beribadah.
istana Raja untuk menyambut tamu pemerintahan
arena pacuan yang kosong π
Kita juga melihat waduk terbesar di Sumbawa Besar yang menjadi salah satu sumber air untuk wilayah Sumbawa bagian barat. Tampak seperti danau yang luas daripada sebuah waduk bagi saya haha..
Tidak lupa juga kita menyusuri jalanan di Utara untuk mampir di sepanjang garis pantai dan dermaga tempat para nelayan berkumpul. Saya juga penasaran bagaimana proses pemancingan dan penangkapan ikan di bagian timur Indonesia yang pasti nya lebih kaya daripada Jawa π
Sayang sekali keesokannya kita sudah harus balik ke Lombok untuk mengejar jadwal kepulangan kita.. sungguh disayangkan kita tidak bisa singgah di Pulau Moyo (utara Sumbawa Besar) yang notabene adalah tempat favorit Lady Diana dan Prince Charles untuk honeymoon. Selain keindahan coral nya, pulau Moyo sendiri juga memiliki air terjun yang terkenal dan bisa dibayangkan yang bentuknya seperti air terjun Kuang Si di Luang Prabang, Laos π ahhh…sayang sekali!!
terimakasih Ibu dan Joni!! π
Sebelum singgah di pelabuhan Porto Tano untuk balik ke Lombok, kita singgah di Pulau Bungin yang disebut-sebut sebagai pulau paling padat penduduk di dunia. Coba bayangkan, luas pulau yang tidak lebih dari 1 hektar dihuni oleh ribuan penduduk, lupa persis nya berapa ribu haha π saking padatnya, sampai-sampai pulau itu berkesan kumuh dan seperti camp pengungsian..Padahal, dulu sebelum dibangun jembatan penghubung antara pulau Bungin dan pulau utama Sumbawa, para warga pulau Bungin meneruskan tradisi berperahu ke pulau besar.. dan kini, perlahan tradisi itu hilang.. sayang sekali..dan hal yang aneh adalah hewan peliharaan seperti kambing di pulau Bungin memilih kulit batang kayu sebagai makanan mereka saking tidak ada lahan hijau disana..
menuju pulau Bungin
Perjalanan pun balik lagi menuju barat dan banyak hal-hal menarik yang kita temui di jalanan juga π baik dari segi cultural, individu masyarakat, landscapes, maupun terlebih adalah perjalanan panjang itu sendiri memberi suatu sensasi tersendiri yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata π
Let’s explore Indonesia!!
NB : 17 hari di jalan dgn cara hitchike dan backpacker, kita habis 2,5juta pulang pergi π murah kan?!?!?
next journey : “Menjelajah area Malang Selatan” – saya Arema, woi!! π
estri
June 11, 2014 @ 4:10 am
Woouwww,,,surga dunia.
Arek Sumbermanjing
December 10, 2014 @ 9:45 am
Di tanah Maluk banyak sekali warga dari Jawa dan Malang. Yang mencari rumput hijau. Baik buka warung, jualan Bakso maupun bekerja di Uniserv maupun Newmont. Ada juga yang buka bengkel las dan he he he ngojek Braiy…… Salam satu jawa
Permukiman Terpadat di Dunia Ada di Indonesia? | Rooang.com
December 29, 2015 @ 1:32 am
[…] image credit […]